Dunia dimatamu sesungguhnya adalah cerminan dari hatimu sendiri.
Caramu memandang dunia adalah caramu memandang diri.
Jika dunia penuh kebencian dan musuh dimana-mana, sesungguhnya itu adalah produk dari hatimu yanh di balut kebencian.
Jika kau kira dunia penuh dengan orang egois, itu tak lain adalah bayangan dari egoisme egomu sendiri.
Dunia yang muram berasal dari hati yang muram.
Sedangkan kalau dunia dimatamu selalu tersenyum ramah, berterimakasih lah pada hatimu yang di liputi cinta.
Ada aksi pasti ada reaksi.
Ada perbuatan pasti ada balasan.
Semua itu simetris.
Orang bilang, kenikmatan perjalanan berbanding terbalik dengan kecepatan berjalan.
Pemandangan terindah justru terlihat ketika melambatkan langkah, berhenti sejenak.
Dimataku hal yang membedakan kualitas perjalanan adalah 'apakah digunakan hati ?'
Ada orang yang berjalan perlahan lahan, mendalami negeri-negeri, menyelami manusia, menganalisa sejarah, mempelajari budaya, dan mencatat setiap cerita.
Kau bilang perjalanan hanyalah bagi sang pemberani.
Kau bilang perjalanan keliling dunia itu ekslusif bagi para lelaki gempal jagoan yang kuat melibas semua musuh.
Namun bagiku, ujian pertama dalam perjalanan adalah pembuktian kesabaran.
Ketakutan selalu menemani hidup.
Dalam berbagai wujud, ketakutan selalu menghantui manusia.
Adakah bagian dari perjalanan hidup ini yang terlepas dari ketakutan ?
Lihatlah semua tindakan yang dilakukan semua manusia pada hakikat nya adalah demi membebaskan diri dari sebuah rasa takut.
Justru karena masih ada mimpi, kita jadi punya alasan untuk terus hidup, terus maju, terus berjalan, terus mengejar.
"Tanpa mimpi sama sekali, apa pula arti hidup ini ?"
"Dari Titik Nol kita berangkat, kepada Titik Nol kita kembali"
Tiada kisah cinta yang tak berbubuh noktah.
Tiada pesta yang tanpa bubar.
Tiada pertemuan yang tanpa perpisahan.
Tiada perjalanan yang tanpa pulang.
.
.
.
.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar