Selasa, 20 Oktober 2020

Anak pertama

Izinkan anak pertama bercerita.
Bagi sebagian orang menjadi anak pertama mungkin menyenangkan.
Namun menjadi anak pertama tidak semudah itu.

Dimana dia harus memikirkan kebahagiaan keluarganya.
Jadi tulang punggung keluarganya.
Terlebih ketika punya adik, harus menjadi contoh dan panutan yang baik untuk adik nya.

Ketika dunia terlalu kejam padanya.
Tidak ada tempat untuk mengeluh.
Karena anak pertama dituntut kuat sebagaimana layak nya BAJA.

Tidak ada tempat meminta pertolongan selain kepada Tuhan-nya sendiri.
Bahkan kepada orang tuanya pun ia segan.
Karena tidak ingin merepotkan kedua orang tuanya.

Kamu yang anak pertama.
Aku tau dunia ini kejam untukmu.
Aku tau kamu pasti kuat.

Pasti kamu pun cape kan ? Mau mengeluh dan mengadu tak tau harus dengan siapa selain dengan tuhanmu.

Tidak apa-apa kok sekali kali capek.
Tidak apa-apa kok sekali kali nangis.
Tidak apa-apa kok sekali kali mengeluh;Dan ingin menyerah.
Tapi jangan lama-lama ya sedih nya :)

Kamu harus bisa mandiri dan berdiri sendiri di atas kakimu sendiri.
Sebagaimana layak nya baja yang sanggup menopang beban nya dengan sangat kuat.

Perlahan demi perlahan nanti juga semua pasti terbiasa kok.
Ini hanya soal waktu saja.

Dan saat itu kamu akan tau,; Bagaimana sulit nya menjadi anak pertama.

SEMANGAT!

Sabtu, 17 Oktober 2020

Teruntuk adikku

Ketika kau beranjak dewasa.
Banyak ketakutan melandaku.
Satu dari sekian.

"Bagaimana bila aku tak bisa menjadi panutan untukmu.."

Alih-alih menuntun.
Aku justru kehilangan arah seperti domba tersesat.
Disaat seharus nya menjaga.
Menjadi tameng tuk melindungimu.
Kau malah menepi;
Memilih orang lain tuk menjadi tempat curahan.

Aku tak apa menjadi penyokong.
Menguatkanmu di saat kau rapuh.
Menguatkanmu disaat kau merasa dunia tak lagi berpihak kepadamu.

Dariku, kakak mu.
Aku hanya ingin kau tahu.
Disaat kau rasa dunia tak adil.
Aku ada disampingmu, dan berkata.
'Aku disini dan dunia adil untukmu'

Percayalah.
Saat semua menjauh.
Aku akan setia berada.
Dan berbisik padamu;
'Semua akan baik baik saja'

Karena aku lah kakak mu.
Menyayangimu.
Meski tak pernah menunjukan nya.

Kamis, 15 Oktober 2020

PERJALANAN HIDUP

Hidup itu adalah sebilah cermin.
Dunia dimatamu sesungguhnya adalah cerminan dari hatimu sendiri.
Caramu memandang dunia adalah caramu memandang diri.

Jika dunia penuh kebencian dan musuh dimana-mana, sesungguhnya itu adalah produk dari hatimu yanh di balut kebencian.

Jika kau kira dunia penuh dengan orang egois, itu tak lain adalah bayangan dari egoisme egomu sendiri.

Dunia yang muram berasal dari hati yang muram.
Sedangkan kalau dunia dimatamu selalu tersenyum ramah, berterimakasih lah pada hatimu yang di liputi cinta.

Ada aksi pasti ada reaksi.
Ada perbuatan pasti ada balasan.
Semua itu simetris.

Orang bilang, kenikmatan perjalanan berbanding terbalik dengan kecepatan berjalan.
Pemandangan terindah justru terlihat ketika melambatkan langkah, berhenti sejenak.

Dimataku hal yang membedakan kualitas perjalanan adalah 'apakah digunakan hati ?'

Ada orang yang berjalan perlahan lahan, mendalami negeri-negeri, menyelami manusia, menganalisa sejarah, mempelajari budaya, dan mencatat setiap cerita.

Kau bilang perjalanan hanyalah bagi sang pemberani.
Kau bilang perjalanan keliling dunia itu ekslusif bagi para lelaki gempal jagoan yang kuat melibas semua musuh.

Namun bagiku, ujian pertama dalam perjalanan adalah pembuktian kesabaran.

Ketakutan selalu menemani hidup.
Dalam berbagai wujud, ketakutan selalu menghantui manusia.

Adakah bagian dari perjalanan hidup ini yang terlepas dari ketakutan ?
Lihatlah semua tindakan yang dilakukan semua manusia pada hakikat nya adalah demi membebaskan diri dari sebuah rasa takut.

Justru karena masih ada mimpi, kita jadi punya alasan untuk terus hidup, terus maju, terus berjalan, terus mengejar.
"Tanpa mimpi sama sekali, apa pula arti hidup ini ?"

"Dari Titik Nol kita berangkat, kepada Titik Nol kita kembali"

Tiada kisah cinta yang tak berbubuh noktah.
Tiada pesta yang tanpa bubar.
Tiada pertemuan yang tanpa perpisahan.
Tiada perjalanan yang tanpa pulang.
.
.
.
.
.

Rabu, 14 Oktober 2020

Lagi Dan Lagi


Jika yang bisa kau tinggalkan hanya luka.
Lepaskan segalanya, atau yang kau temukan hanya jasad tanpa jiwa dan cinta didalamnya.

Lagi dan lagi frekuensi kita memang tak sama.
Kau melukai tapi mengatakan sedang mengajari.
Kau mengurung tapi mengatakan sedang melindungi.
Kau menyakiti tapi kau bilang itu caramu mencintai.

Lalu, deskripsi mencintamu itu memberi luka atau bahagia?

Lupakan jika kita memang tak sepemikiran.
Lepaskan jika kita memang tak sejalan.
Bagaimana mau mencapai tujuan kalau aku maju ke depan tapi kau malah ke belakang.

Ini seperti prinsip menggunakan pisau.
Pegang dengan benar bukan dengan kuat.
Pegang gagang kayunya bukan mata pisaunya.
Kalau kau memegang mata pisaunya kau terluka.
Kalau kau tak memegang dengan benar pun kau juga terluka dan melukai.

Pada intinya, jika kau tak tahu caranya, kau akan terluka dan melukai.

Senin, 12 Oktober 2020

K I T A

Kita adalah kata yang pernah menyatukan.
Sebelum kita menjadi asing untuk di ucapkan.

Senyum yang tak lagi sama.
Tatapan yang sekarang berbeda.
Dan getaran suaramu juga sangat mengasingkan diantara kita.

Akhirnya kutahu, aku bukan harus mundur beberapa langkah untuk mengambil jarak.
Tapi memang harus pergi jauh melangkah, tuk menghapus sebuah kisah yang sudah tamat.

Lagi dan lagi hal yang sama terjadi.
Kepergian..
Kehilangan..
Kehampaan..
Dan kekosongan terjadi di waktu yang sama setiap tahun nya.
Ini september..
Kenapa diri ini selalu merasa menjadi sadtember..

Kembali ke siklus sebuah kehidupan.
Yang datang memang akan pergi.
Hanya waktu yang tahu kapan saatnya akan terjadi.
Yang harus di perhatikan, sudah siapkah jika waktu itu datang dan terjadi..?
.
.
.
.

Senin, 05 Oktober 2020

IBU

Halo ibu. Apa kabar ?

Aku 
Semakin dewasa dan menua. Maksudku bukan benar benar tua, ibu...
Namun umurku saat ini tak bisa lagi dibilang pantas untuk merengek perihal kepergianmu...
Aku harus ikhlas dan percaya bahwa ibu sudah bahagia disana..


Ohiyah, aku selalu titipkan rinduku lewat doa...
Semoga ibu senang ya...
Dan ibu tak usah khawatir tentang ayah...
Anak-anakmu menjaga ayah dengan baik...
Beliau sudah bisa tertawa dengan lelucon sederhana...
Senyumnya pun selalu merekah, setiap kami berkumpul sekedar mengajak nya bercengkrama...


Hari ini, Aku teringat Ibu lagi...
Masih teringat jelas...
Kenangan yang kita ukir, Sejak aku kecil...
Masih teringat jelas...
Hari itu kita tertawa bersama...
Hingga malam kian larut...


Setiap mengingatMu Ibu...
Hatiku selalu terluka kembali...
Rasanya masih kemarin kita bersama...
Kini ibu sudah tiada...


Aku bahkan tak banyak menyimpan foto kenangan tentang kita...
Tapi memori indah yang tersimpan dalam ingatanku...
Akan menjadi kenangan yang paling berharga...

AKU TIDAK AKAN PERNAH LUPA IDOLAKU, 
IBU...

Kamis, 01 Oktober 2020

MENYERAH

Menyerah

Aku telah lama menyerah.

Menyerah akan tulisanku...
Menyerah akan harapanku...
Dan menyerah akan kamu...

Aku menyerah menulis, karena aku tak ingin membiarkan diriku tenggelam dalam kenang yang tak dapat dijangkau..

Aku menyerah akan harapan, karena aku tak punya nyali untuk membuatnya menjadi nyataku..

Dan aku menyerah akan kamu, karena sekeras apapun aku berusaha, seseorang itu tetap bukan aku..

Aku menyerah karena dengan itu aku dapat berusaha untuk hidup dengan sakit paling minimal...

Berusaha tetap melewati jalan-jalan terjal, walau sudah terpingkal...

Hingga tak kurasakan pahitnya dan kukira aku sudah kebal...
Namun pada akhirnya, aku benar-benar menyerah pada hal yang paling aku kenal...


Hidupku.

Di titik itu, aku rasa berjuta tombak beterbangan ke arahku..
Ragaku seakan bukan milikku..
Dan yang kusadari, jika duniaku berhenti, aku takkan merasakan ini.

Aku telah berusaha mengakhiri..
Sayangnya, aku masih terjebak di sini..

NTAHLAH

Kamu boleh pergi sejauh apapun, Tapi maaf, jangan paksa aku untuk melupakanmu. Aku tau kamu dan aku memang sudah bukan lagi kita, Aku tau me...