Kamis, 28 Mei 2020

Ketika Senja

tanpa rintik rembulan pun bergegas 
mabuk suara 
anggur senja sudah disedia 
erat gelas yang ditawarkan. aku mengambilnya 
dan di pundak jendela sebuah agenda 
gelas-gelas bergetar 
suara yang mengaruskannya 
terdapat gelas dalam kabut rembulan 
setengah memucat mencatat wktu 
memberi angin terhadap detak sayap 
mempersiapkan tamasya kenikmatan 
suara adzan menawarkan kendaraan 
memasuki lorong paling sunyi dan gaduh 
"Subhanallah. Alif Laam Miim!"

Rabu, 27 Mei 2020

Tentang memiliki

Tentang Memiliki

Nona, genggam ini tidak lahir dari rasa ingin memiliki. 
Ini sempurna hanya karena kita harus berpegangan.
Kita telalu takut untuk jatuh atau terluka
dan berakhir dengan mengandalkan kuat satu sama lain. 
Agar tetap dapat berpijak, agar bisa terus bertahan.
Saat dunia berguncang kencang,
kita bahkan harus saling memeluk agar tidak ada yang terjatuh.

Nona,  kita tidak sadar.
Kita bertukar kuat agar tak jatuh. 
Berbagi peluk agar tak ada yang terluka.
Padahal akhirnya kita masuk ke lubang yang lebih dalam. 
Jalan yang lebih rumit dan gelap tanpa akhir.
Kita menggenggam terlalu kuat dan memeluk terlalu erat.
Angin tidak berhembus, tapi kita terperosok pada ekspektasi tak berujung.



                                                                                 April,2020

Selasa, 05 Mei 2020

Kesempatan

Kesempatan,
Kau adalah akar dari semua kemungkinan.
Kau dan semesta bersekongkol dalam menciptakan konspirasi yang jenaka.
Yang seringkali membuatku menggelengkan kepala.
Tak jarang aku di buat dulu hancur dan koyak.
Sebelum akhirnya menengadah malu saat melihat semua rentetan kejadian yang kau persembahkan,
melukiskan konstelasi paradigma yang begitu menawan.


Kesempatan,
Sampaikan pada sang pemberi kemungkinan,
Dia begitu romantis dengan segala kejutan nya
Aku sering tersipu malu saat dia mengejekku
Dengan semua caranya mengabulkan doaku."

Senin, 04 Mei 2020

Renung

   Entah kali ke berapa, entah malam keberapa,
   Renung menjadi pelarianku dari semua kecewa.

   Renung selalu menjadi tempat rahasia terbaik,
   untuk aku berbincang dengan sepenuh nya diriku.

   Karena tidak ada siapapun selain diriku.


   Dalam renung,
   Aku menemukan banyak jawaban yang pernah hilang.
   Jawaban yang ku cari diluar,
   Malah aku temukan dalam diriku sendiri.

  Mungkin, jawaban tak pernah hilang.
  Hanya aku saja yang mencarinya ditempat yang tidak tepat

  Hanya, aku saja yang terlalu memaksa, terlalu menginginkan,
  Jawaban itu ada diluar.


  Hanya agar aku mempunyai alasan, untuk mencari keluar.
  Bukan di dalam diriku.

  Dalam renung,
  Aku menemukan diriku yang salah,
  yang mau mengakui, meski berbisik.

  Dalam renung,
  Aku menemukan syukur, yang malu malu ingin aku ucapkan.

  Dalam renung aku meyakini,
  Bahwa aku mengerti, aku butuh sepi."

Huh

  Kurasa, aku cukup paham mengapa banyak sekali orang yang susah untuk move on.
  
Bagaimana tidak, rindu akan kehadiran seseorang di masa lalu memang begitu menyesakan. Tapi disaat yang sama harapan seolah sama besar dengan kemungkinan.
  
Rindu juga berbanding lurus dengan luka saat harap semakin  di tancapkan.

  Sebuah euphoria yang kontradiksi. Sebuah rasa yang bertabrakan namun membuat ketagihan. Tenggelam dalam ingatan masalalu dan hanyut dalam keadaan sekarang merupakan rasa yang memang membuat ketagihan. 

Kita memang begitu senang menyiksa diri sendiri.
Keadaan seperti itu membuatku mengerti.
Lebih baik terluka dalam ingatan, dari pada tidak merasa apapun sama sekali. Ini bukan perkara ingin baik baik saja namun perkara ingin merasakan sesuatu."

Penerimaan

Pernah ada yang berkata,
Bahwa sedikit memberi jarak pada dua hati yang sempat bersitegang itu di perlukan.
Semula aku tak setuju, tapi sekarang aku dibuatnya percaya.


Sebab bilak tak ada jarak,
Tentu tidak ada hal yang kemudian bisa kumaknai.
Bila tak ada jarak,
Mungkin aku masih terus menuduhmu sebagai tersangka atas seluruh luka.

Sebab bila tak ciptakan jarak,
Mungkin kita tidak akan saling terbuka untuk memafkan segala luka.
Bila tak ciptakan jarak,
Tentu rasa yang kini hadir tidak akan lebih damai lagi.

Aku belajar pada saat kita saling berjarak,
Bahwa rasa sayang semestinya tidak pantas membuat kita merasa paling berhak memiliki.


Aku belajar pada saat kita tengah berjarak,
Bahwa perasaan sayang tak selayak nya membuat kita saling menyalahkan,
Hingga masing masing harus berkemas pergi.


Aku menyadarinya kini,
Tepat setelah melihatmu baik baik saja,
Setelah banyak hal yang kita lewati dan sempat membuat kita berselisih.


Kini aku mengerti,
Arti cinta tidak hanya sesempit perasaan kita yang saling berbalas.
Bukan juga tentang kita yang tidak pernah sekalipun bertengkar apalagi menggores luka.

Arti cinta juga bukan hanya perihal aku suka kamu dan kamu menyukaiku,
Lalu kita akan menua bersama.
Cinta lebih luas dari pada itu.

Cinta juga termasuk menerima segala luka yang pernah di sebabkan.
Dan bagiku, cinta adalah saat dimana aku kembali berani bersitatap denganmu.
Seperti saat ini, saat semua damai dari maaf yang tercipta diantara kita, mampu membuat semesta cemburu."




--EkaSagitario--

Bagaimana Jika

   Bagaimana Jika sebuah perkenalan pada akhirnya memang akan berakhir dengan perpisahan?
   Apakah kamu masih akan semangat untuk menunggu sebuah pertemuan?

   Bagaimana jika sebuah pertemuan hanyalah awal untuk kemudian saling meninggalkan?
   Apakah kamu lantas akan percaya kepada mereka yang mendekat ?


   Menarik nya aku masih saja tetap menunggu.
   Menarik nya aku masih saja tetap percaya.


   Pada siapa katamu?
   Pada duka setelah kehilangan, aku masih menunggu suka.
   Pada luka setelah kepergian, aku masih percaya selalu akan ada yang menetap.


  --R.A.P--

SEPI

 Aku Sering begitu lelah.
 Mendengar suara yang terdengar merusak.
 Semua percakapan terasa egois, dan ingin benar sendiri.


 Diantara sering itu, aku lebih banyak mendengar.
 Sepi.

 Menurutku, Sepi adalah sebuah percakapan paling jujur.
 Aku dapat mendengar lebih banyak kebenaran, ketimbang di keramaian.

 Bahkan, saat di antara ramai aku seperti kehilangan diriku.
 Dalam sepi aku dapat menemukan sebenar-benarnya diriku.
 Dalam sepi, aku bercakap dengan tuhan, saat ramai tak memberiku ruang bagiku untuk hal itu.
 Dalam sepi, Tuhan memintaku untuk mendengar, apa yang tak tersampaikan.
 Mengerti, apa yang tak terdengar.

 Hingga akhirnya, giliranku ingin berbicara.
 Aku ingin menangkap sebuah gambar.
 Cerita yang sepi, namun dapat memberi banyak makna dan mengundang banyak paradigma.
 
 Untuk menyampaikan pesan tanpa paksaan.
 Untuk bercerita tanpa harus meminta orang untuk mendengar.

NTAHLAH

Kamu boleh pergi sejauh apapun, Tapi maaf, jangan paksa aku untuk melupakanmu. Aku tau kamu dan aku memang sudah bukan lagi kita, Aku tau me...